Rabu, 19 Januari 2011

Dakwah Dalam Seni : Kisah Raja Dangdut dan Robinhood Jawa

Dua-duanya sama-sama Raden, yang satu Raden Haji Oma Irama (Rhoma Irama) bergelar Raja Dangdut, dan yang satu Raden Said (Sunan Kalijaga) bergelar Robinhood Jawa (gelar dari penulis). Raden berasal dari kata Roaddin yang artinya lihat agama, atau pengetahuan agama. Konsekuensinya tentu sang pemilik gelar harus benar-benar “melek” agama. 





Rhoma Irama mulai mendapat gelar Raja Dangdut (sesuai judul filmnya tahun 1977) setelah berhasil mengeruk musik yang saat itu disebut musik kampungan menjadi sebuah genre musik baru yang mampu berkolaborasi antara rock dan melayu. Setelah pulang dari haji tahun 1975 tak pelak nama Rhoma Irama terus melambung seiring dedikasinya pada musik dangdut dan membawa jutaan orang tergila-gila dengan musik dangdut dan hasilnya setiap konsernya tak kurang dari 50.000an orang hadir. Kecenderungan syairnya yang syiar mengenduskan nafas Islam dalam lirik-liriknya seperti pada lagu Modern “tak sembahyang bukan modern, tapi suatu keingkaran/urakan bukanlah modern, bahkan nyaris seperti hewan“. Atau pada lagu Emansipasi Wanita, “majulah wanita, giatlah bekerja, namun jangan lupa, tugasmu utama/apa pun dirimu, namun kau adalah ibu rumah tangga..“. Kemampuannya mengolah seni menjadi penyampaian syiar mengundang decak kagum banyak orang, bahkan Rhoma Irama pernah menyampaikan pandangannya tentang terorisme yang dipresentasikan dalam seminar dan dibukukan oleh salah satu Universitas di Amerika. Media Amerika menjuluki Rhoma sebagai Michael Jackson-nya Indonesia.

Raden Said atau Sunan Kalijaga tak kalah keren dalam mengangkat seni untuk berdakwah. Wayang dengan lakon Jimat kalimasada, Petruk Jadi Raja atau Dewa Ruci memberikan sentuhan Islam yang menarik bagi kalangan marjinal di Pulau Jawa dan membuat wayang (beserta gamelannya) menjadi ikon tersendiri. Bahkan untuk mendengarkan suara gamelan atau pertunjukan wayangnya, Sunan Kalijaga berkolaborasi dengan wali songo yang lain memberlakukan pembayaran tiket dengan wudhu, dua kalimat syahadat dan mendengar tausiyah wali sebelum menggelar pertunjukan. Pangkat Robinhood Jawa melekat pada dirinya ketika masih bergelut di lingkungan istana, yang ketika itu kedekatannya dengan rakyat kecil berhasil mempengaruhi hatinya akan kesenjangan sosial kehidupan kerajaan dan rakyat jelata . Akhirnya Sunan Kalijaga mencuri harta istana dan membagikan pada rakyat jelata. Setelah ketahuan akhirnya Sunan Kalijaga memutuskan untuk berkelana.

Usaha Rhoma dalam mengangkat seni sebagai sarana dakwah layak diacungi jempol, sayangnya ini tidak diikuti dengan syar’i effect dengan masih menampilkan dancer di belakang penampilan Soneta dan Rhoma, begitu juga dengan keribetan komentar Rhoma yang mencla-mencle soal hubungannya dengan Angel Lelga dan beberapa wanita lain yang pada akhirnya mengurangi respect masyarakat secara drastis untuk menyebutnya Ustadz Musisi. Keinginan Rhoma membawa dangdut menjadi delicious music dengan mudah dibanting oleh Inul Daratista, ketika dengan goyangan ngebornya membuat dangdut dikenal sebagai musik ”jorok”. Apalagi makin bermunculan artis dangdut yang lebih mengandalkan goyangan daripada suara, sebut saja Trio Macan, Dewi Persik, Uut Permatasari, dan masih banyak lagi. Era 1980-1990an dangdut sempat menjadi musik mewah dengan hadirnya Meggy Z, Mansyur S, Elvi Sukaesih, Evi Tamala, Iis Dahlia, dan banyak lagi yang mengandalkan olah vokalnya daripada sekedar goyangan krupuknya. 

Ini tentu berbeda dengan kondisi Sunan Kalijaga yang saat itu semakin menjadi-jadi dan semakin merajalela pengikut Islam di tanah Jawa. Kemampuannya mengombinasi seni dan dakwah membuat namanya masih melekat harum dalam benak masyarakat, bukan hanya masyarakat Islam tetapi juga non-Islam yang menghargainya karena sangat berjasa di bidang seni ukir, seni patung, seni suara bahkan dalam teknik arsitektur yang mengombinasikan unsur kebudayaan yang dapat diterima semua lapisan tanpa menonjolkan ekstrimisme ideologi. 

Eksistensi Marhalah Dakwah menjadi pelajaran berharga bagi Kisah Sang Robinhood dan Sang Raja Dangdut ini. Mampukah kita membawa cerita tentang ”SENI DALAM BERDAKWAH DAN BERDAKWAH DALAM SENI”? Wallahua’lam bishowab. 

5 komentar:

  1. jadi inget tentang orisinalitas da'wah bang haji, kang.

    BalasHapus
  2. pas ane kecil,, ane salah satu orang yang tiap bulan ramadhan mantengin indosiar jam 17.30 buat nonton Nada dan Dakwah,,, :)

    BalasHapus
  3. @PKJ : kapan itu akh?? jaman asu ra enak yo??

    @HFA : hayah..wajahmu koyok tukul, pikiranmu koyo ariel, kok nonton nada dan dakwah wkakakak

    BalasHapus
  4. http://ikhwanstan.multiply.com/journal/item/13

    BalasHapus
  5. podo yo??tapi kok yo tanggal 28 Juni postinge..pas tanggal lahir masehiku

    :D

    BalasHapus