Kamis, 01 Desember 2011

Revolusi Tanpa Poligami

Malaise, begitulah istilah lain dari depresi ekonomi yang besar pada tahun 1930-an. Banyak perusahaan yang kolaps dan bangkrut karena saat itu kemampuan beli masyarakat dunia sangat kecil, sementara barang produksi sangat banyak. Tak terkecuali perusahaan Matsushita Electric (cikal bakal Panasonic) milik Konosuke Matshushita. Banyak sekali perusahaan yang kemudian mengurangi jumlah tenaga kerja mereka guna menekan biaya gaji. Tapi Matsushita berbeda, dia tidak mungkin tega memecat karyawannya yang masih punya keluarga dalam kondisi perekonomian seperti itu. Semua karyawan ia anggap sebagai keluarganya sendiri.

Matsushita kemudian berfikir untuk memberdayakan karyawannya yang semula menjadi buruh, diangkat menjadi bagian penjualan. Dia memangkas produksi, meskipun begitu, persediaan barang dagang masih banyak karena lemahnya daya beli masyarakat. Manajer perusahaan meminta Matshushita segera mem-PHK karyawan untuk menekan kerugian ini. Matshushita tak bergeming, akhirnya dia memotong setengah jam kerja, tapi tetap membayar penuh upah karyawannya. Ia juga meminta pekerja untuk membantu menjual jaminan simpanan saham. Akhirnya Matshushita pun berhasil mempertahankan perusahaannya. Kebijakan itulah yang pada akhirnya secara tidak langsung mampu menyelematkannya nyawanya dari penjajahan Sekutu.

Keberhasilan Matshushita tak akan diraih jika dia tidak punya seorang istri dan 3 asisten yang selalu mendampinginya sejak sama-sama membuat perangkat lampu pada tahun 1917. Matshushita hanya lulusan pendidikan menengah dan tak punya pengalaman berbisnis. Sadar akan hal itu, Matshushita butuh usaha keras dan semangat tinggi. Saat itu mereka bekerja berjam-jam dan tak pernah ada libur sebelum menemukan perangkat lampu yang inovatif.

Panasonic tak akan pernah kita tahu jika Matshuhita tak pernah bertemu istri dan tiga asistennya. Begitu juga Steve Jobs tak akan pernah kita kenal jika dia tak bertemu seorang luar biasa seperti Wozniak, yang sama-sama mendirikan perusahaan Apple dari sebuah ruang kerja kecil. Dan Bill Gates tak akan pernah menjadi manusia terkaya di dunia dalam jangka waktu lama bila dia tak pernah kenal Paul Allen. 

Kecakapan seseorang dalam membangun revolusi, melaksanakannya dan memimpinnya menuju kemenangan, tak dapat diciptakan dengan otaknya sendiri. Revolusi disebabkan oleh pergaulan hidup. Begitulah yang disampaikan Tan Malaka dalam bukunya “Aksi Massa” (1926). Kesadaran akan butuhnya kekuatan bersama seperti Tan Malaka juga tercermin dalam kitab suci Kaum Nazi, “Mein Kampf” (1925). Di tulisannya, Adolf Hitler mengungkapkan alasannya memilih menjadi Kepala Divisi Propaganda Partai Buruh di tahun 1921. Hitler yakin bahwa perubahan yang akan dilakukannya hanya dapat dilakukan apabila mempunyai basis massa yang kuat.

Jika kita mempunyai tujuan yang besar dan yakin kita mampu mendapatkannya sendirian, yakinlah bahwa tujuan itu tak akan tercapai maksimal. Tujuan besar dicapai dengan kombinasi yang cantik, dan kombinasi dapat tercapai minimal dengan adanya 2 orang. Jadi, ketika Anda berfikir Anda akan membuat tujuan yang besar dan luar biasa, pastikan Anda punya rekan untuk itu semua. Rekan yang paling tepat dan akan selalu ada bersama Anda, begitu pun Anda akan selalu bersama dia. Ya… Anda boleh memanggilnya “istriku” atau “suamiku”.