Kamis, 07 April 2011

Dua Detik Lagi

Galau mata, gemas hati, gelisah telinga tersekat besi
Usia ubanku hanya berbatas ufuk matahari
Nista negeri dipanggulkan tepat di pundakku
Anjing berpeluh angin makam dilepaskan untukku
Walau kutahu aku hanya sampah gravitasi hukum
Aku tetap santun dan berkaca menyambut gelapku
Nafasku tak terengal seolah tepat peluru di jantungku

Kakiku beku...
Ubanku menipu...
Rajutan jubah putih tersenyum menyambut gelepar
Nyanyian air mata hanya sekejap menatap
Ia kemudian mati...tapi masih berhati
Ambang hidupku... hidupmu.. hidup kita

Sudahlah mawar biruku...
Api kebenaran tlah tersiram air kemunafikan
Tinta mahal tiket surga terhapus darah fana
Risauku untuk negeriku
Ikatku untuk setan negeriku
Ahhhhh...
Dua detik lagi...
Inginku bertemu surga...












Puisi tentang seorang pria yang akan dihukum mati. Di depan istri dan seorang ulama dia masih bisa tersenyum, tapi istrinya pingsan tak kuasa melihat suaminya ditembak mati. Pria ini adalah pejuang HAM dan dia dihukum mati karena diduga membocorkan rahasia negara padahal dia tak pernah melakukannya.
 –Inspired by Green, green Grass of Home (lagu Tom Jones tahun 1966)-