Selasa, 20 Maret 2012

Lepas Tanpa Patah

aku ingin melihatmu…bersanding di pelaminan dengan lelaki yang bukan aku,  yang tidak kukenal wajahnya  hingga hari itu. Hari dimana kau menjadi bagian dari iman laki-laki itu. Bahagia karena cita dan cinta.

Aku ingin hadir di hari itu, ijab kabulmu, menjadi saksi matamu...walimahanmu. Aku ingin melihatmu…bergandeng tangan dengan suamimu, lelaki yang bukan aku, yang dengan cintanya memboncengmu berdua dalam siluet fajar senja itu.
aku ingin melihatmu…bercanda dengan anak-anakmu, dari suamimu yang bukan aku, meski mereka manis dan lucu-lucu,cukup dengan itu. Aku ingin melihatmu…di masa tuamu, dengan keluargamu dan kebahagiaanmu itu. Aku ingin melihatmu... agar bisa kujaga hatiku untuk isteriku.

Seuntaian sajak karya PKJ terngiang tepat di benakku. Membawaku mengarungi dunia mantan mimpiku. Tepat di hari ini, dimana angin dirasa akan menghujam benda mati di hadapanku. Aku tak biasa menulis seperti ini, tapi tanganku tak kuasa untuk berhenti. Aku tak biasa sakit seperti ini, tapi jariku gemetar memaksa lari. Aku tak biasa marah sendiri menangisi diri, tapi lenganku menolak tuk sembunyi.

Siang terik, mataku sedikit menitik, dan anganku menggelitik. Kutuliskan dengan penuh kesadaran apa yang lama kuperjuangkan, kemudian kukirimkan padamu berita entah suka entah duka itu. Mataku gelap, meskipun di luar sana mentari gemerlap. Siapa bilang aku bertahan? Siapa bilang aku sekuat karang? Siapa bilang aku tak lekang dalam hutan? Nanti, aku akan seperti yang kau harapkan..Nanti...

Saat ini, detik-detik ini ada serupa air kehancuran menuai kerinduan. Saat ini, langkah lunglai ini ada serasa api kekejaman menguntai kejiwaan. Dan cukup saat ini kumulai mencengkeram lepas semua pikirku tentangmu. Entah apa cukup saat ini, kubawa serangkaian mawar hitam dalam gundukan nisan mantan mimpiku dan mimpimu...

Pernah ku berharap asapmu memenuhi ruangan gelapku, hingga membuatku mampu melihat guratan-guratan. Pernah pula ku tahu, kau berharap airku memenuhi danau rindumu, hingga membuatmu mampu melihat gemerlap. Tapi aku tak pernah berharap meninggalkanmu tanpa patah hati, seperti bidak kecil meninggalkan rajanya. Dan kupun tahu kau tak pernah berharap meninggalkanku tanpa sakit hati, seperti sang panah meninggalkan busurnya. Dan kini akulah gladiator dalam colloseum kehidupan.

Sudahlah..aku lupa tentang membuatmu diam. Sudahlah...aku lupa tentang membuatmu menangis. Sudahlah...aku lupa tentang membuatmu tersenyum. Sudahlah...aku lupa tentang membuatmu terbahak lepas. Sudahlah...aku lupa.....sudahlah...aku....sudahlah....su...dah....lah....

Rabu, 07 Maret 2012

Mer

Gundah mendung lukiskan muram
Usik permainan hati dua anak dewasa tak remaja
Niatkan sucinya ikrar...
Ancangkan cantiknya bersatu jasad...

Wanitaku menangis sendu dalam dekap pasrah
Aku bernyanyi pilu dalam pelukan ego
Nyala harapan perlahan menyurut
Kubutuh api tuk terangi, kubutuh nafas tuk berlari

Untuk separuh hidupmu kurelakan hati terpenggal
Riangkan seluruh wajahmu kurelakan jiwa terjagal
Namun semua terhalang nestapa...

Ijinkanku titipkan rasa yang pernah merekah
Ajarkanku remukkan lukisan rasa dalam kanvas

Senyumku senyummu pahit mengembang di nadi
Anganku pun bersujud
Tanganmu pun bersimpuh
Riakku riakmu kejam tertelan di dada
Ini bukan inginku dan inginmu Mer..

Aku kamu tak bisa tak kuat
Dan ingin kuhentikan semua
Ingin....